0 EMPAT REMAJA MENJADI JURI INTERNASIONAL DI MINIKINO FILM WEEK 5



Youth Jury Camp 2019 telah dilangsungkan selama 3 hari di Mash Denpasar, sejak Jumat (21/6) sampai Minggu (23/6/2019). Youth Jury Camp merupakan program pelatihan penjurian dalam rangkaian acara pra-festival Minikino Film Week 5, Festival Film Pendek Internasional Bali. Dalam kegiatan ini remaja berusia 13 hingga 17 tahun diundang melalui seleksi ketat, untuk kemudian dipersiapkan dengan pembekalan wawasan. Mereka kemudian bertanggung jawab untuk memberi penilaian terhadap film-film pendek Internasional pilihan. Bentuk-bentuk penyaringan peserta ini termasuk kemampuan mereka menyatakan pendapat dalam bahasa Inggris, wawasan mereka terhadap film pendek dan juga kemampuan berbicara di depan publik. Sebelum keputusan penerimaan, calon peserta dan orang tua mereka juga melalui tahap wawancara melalui telepon.

Nama-nama empat peserta Youth Jury Camp tahun ini adalah Qiu Mattane Lao kelas 9 (Bali), Benedictus Richi Tamrin  kelas 3 SMP (Jakarta), Kayla Amare Budiwarman, kelas 11 (Thailand) dan Stella Melody Winata, kelas 10 (Bali). Mewakilkan ke-tiga rekannya, Stella menyatakan dalam bahasa Inggris, ”My love for the arts, film, creating, and learning opportunities. That’s what brought me to the Minikino Youth Jury Camp 2019. I didn’t know what to expect but after 40+ films, it’s safe to say that this experience has cultivated my capacity to analyse films, in a both critical and appreciative perspective.”. Yang bila diterjemahkan kurang lebih adalah,”Kecintaan saya pada seni, film, penciptaan karya dan kesempatan belajar. Inilah yang menghantar saya ke Minikino Youth Jury Camp 2019. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi setelah menonton lebih dari 40 film, rasanya saya bisa memastikan bahwa pengalaman ini mengembangkan kemampuan saya untuk menganalisa film, melalui perspektif kritis dan apresiatif. " Biografi pendek susunan dewan juri dan dewan juri remaja 2019 dapat dilihat selengkapnya di tautan https://minikino.org/filmweek/jury-board-2019/
Masih sama seperti pada tahun sebelumnya, Youth Jury Camp diselenggarakan selama 3 hari secara intensif dari tanggal 21-23 Juni 2019. Di hari pertama para peserta mendapat presentasi tentang sejarah film pendek dan pengenalan dasar seleksi film dalam festival serta programming, diberikan langsung oleh Edo Wulia, selaku Direktur Festival Minikino dan juga salah satu mentor dalam rangkaian pelatihan ini. Setelah istirahat sejenak, pelatihan dilanjutkan dengan pemaparan bertutur visual dari Saifiudin Vifick, seorang visual storyteller dan fotografer profesional yang tahun ini juga didaulat sebagai salah satu dewan penasehatMinikino Film Week 5. Edo Wulia menekankan bahwa semua pemberian materi wawasan ini penting untuk menjadi pondasi dalam apresiasi dan penilaian karya film pendek. Lebih lanjut, untuk memperdalam kesadaran peserta terhadap konteks pendidikan dan kebudayaan yang seringkali tersirat dengan halus, apalagi karya-karya film pendek ini datang dari berbagai negara dengan latar budaya yang mungkin saja belum akrab bagi mereka.
Pada sore hari menjelang petang, program pelatihan dihentikan sejenak. Seluruh peserta, bersama para mentor dan para fasilitator Youth Jury Camp berbaur menjadi satu dan menikmati matahari terbenam Denpasar di rooftop gedung pelatihan sambil menikmati barbeque dan minuman ringan. Suasana terbangun dengan hangat dan menyenangkan, memberi kesempatan para peserta untuk saling mengenal dan bercerita satu sama lain, sembari menikmati makan malam. Pelatihan hari pertama ditutup dengan kegiatan menonton dan diskusi film-film pilihan nominasi Youth Jury Award-MFW 4 tahun lalu.
Hari kedua dimulai pagi hari, diawali dengan pengarahan tata-cara berdiskusi. Fransiska Prihadi, sebagai Direktur Program Minikino Film Week 5 menegaskan kepada peserta, “Tidak diperkenankan menggunakan kata ‘suka’ atau ‘tidak suka’, tapi perlu disampaikan dengan menceritakan pengalaman dan perasaan secara lebih konkrit pada saat menonton sebuah karya film. Setiap alasan maupun argumen, perlu diperkuat dengan referensi adegan atau dialog yang spesifik”. Fransiska juga mendorong para peserta untuk selalu siap menuliskan catatan pada buku yang dibagikan, agar setiap elemen dalam film yang menarik perhatian mereka dapat dikemukakan kembali dalam diskusi. Setelah pembekalan tata cara diskusi, para juri muda memulai sesi menonton . Pendapat dan penilaian yang kritis disampaikan setiap kali waktu jeda, juga untuk saling mendengar dan menanggapi pendapat rekan mereka yang lain. Seluruh sesi menonton dan menilai pada hari ke-dua, berlangsung seharian bahkan sampai melampaui jam makan malam.
Menurut Edo Wulia, “Tantangan terberat mereka sebagai juri, justru ketika berhadapan dengan karya-karya yang rata-rata berkualitas tinggi.  Dan lagi, setiap karya ini memiliki kelebihan dan kekuatannya sendiri. Mereka dituntut mampu memberikan alasan yang jelas dan bertanggung jawab untuk memilih yang ini. Atau juga alasan kenapa tidak memilih yang itu.”
Sesi menonton berlangsung intensif dengan jeda pendek antar film. Kemudian jeda yang lebih panjang diberikan setelah melalui beberapa film sekaligus, untuk memberi kesempatan para juri muda diskusi. Kegiatan menonton dan berdiskusi ini berlangsung sehari penuh, termasuk beberapa kali terjadi perdebatan untuk mempertahankan pendapat yang berbeda.
Hari ketiga jatuh pada hari Minggu, menjadi hari yang menutup rangkaian acara Youth Jury Camp 2019. Setelah secara seremonial, para peserta diresmikan sebagai anggota dewan juri, kemudian acara dilanjutkan dengan makan siang bersama di pantai Sanur. Setiap tahun, sesi pelatihan ini selalu meninggalkan kesan yang mendalam bagi komite penyelenggara di dalam badan Minikino. I Made Suarbawa selaku direktur eksekutif festival menyampaikan,”Kemampuan para remaja saat ini selalu memberi kejutan pada kami. Bagaimana latar belakang pendidikan dan keluarga yang membentuk mereka tentu saja berperan penting, selain kemajuan teknologi informasi yang mengitari mereka. Mereka menghadapi tantangan-tantangan yang belum pernah dialami generasi sebelumnya, inilah yang membuat mereka jauh lebih siap membangun masa depannya.” Made juga menambahkan bahwa,”Pemahaman lintas generasi ini harus terus diperkuat. Mereka belajar dari kami yang lebih tua. Namun kami pun belajar banyak sekali hal penting dan kritis dari mereka.”
Tahun ini, Minikino Film Week menerima pendaftaran Internasional, hampir mencapai angka 600 judul film dari 62 negara, termasuk Indonesia. Setelah melalui seleksi awal, 45 judul dipertimbangkan sebagai karya yang pantas untuk ditampilkan ke hadapan Youth Jury Camp 2019. Dari seluruh film yang ditampilkan hari kedua ini, para juri muda akhirnya memutuskan lima film pendek yang menurut mereka layak mendapat kehormatan untuk masuk dalam daftar nominasi. Pengumuman judul-judul film nominasi dalam kategori International Youth Jury Award tahun ini akan dipublikasikan pada tanggal 1 Juli 2019 mendatang dan satu pemenang utama akan diputuskan pada saat malam penganugerahan, Awarding Night Minikino Film Week 5, di hari Sabtu, 12 Oktober 2019.








[Read More...]


0 Siaran Pers Begadang Filmmaking Competition 2019, Bali



INILAH PARA PERAIH NOMINASI KOMPETISI BEGADANG NASIONAL 2019
Begadang Filmmaking Competition, sebuah kompetisi pembuatan film pendek berskala nasional yang unik, tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-3. Kompetisi ini dirancang oleh organisasi film pendek Minikino, untuk menantang para pesertanya membuat sebuah film pendek fiksi dalam waktu 34 jam saja. Pendaftarannya hanya dibuka untuk pemegang KTP atau Paspor Indonesia, alias harus berkewarganegaraan Indonesia. Begadang 2019 telah berlangsung pada tanggal 7 dan 8 September lalu. Kegiatan utama kompetisi ini adalah pembuatan film pendek yang dilakukan para peserta di lokasi yang tesebar di berbagai tempat di seluruh Indonesia, dan tahun ini, filmmaker Indonesia yang sedang tinggal di New York juga mendaftar untuk menjajal tantangan Begadang 2019.
Tahun ini, terdaftar 22 peserta yang berasal dari berbagai daerah, di antaranya; Medan, Gresik, Tangerang, Ponorogo, Banjarmasin, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Bali serta yang paling jauh adalah dari Williamsville, New York.
Setiap tahun, sebuah divisi yang disebut Posko Begadang dibentuk oleh Minikino. Posko Begadang khusus dibentuk untuk menjaga jalur komunikasi antar peserta dan panitia. Seluruh komunikasi dilakukan melalui surel dan media on-line lainnya termasuk media sosial yang dapat diikuti oleh masyarakat umum melalui akun IG @minikinoevents, dan tagar #begadang2019. Selain persyaratan memiliki tanda bukti kewarganegaraan, panitia juga menekankan kemampuan para peserta untuk fasih mengunakan internet dan berkomunikasi melalui surel, yang menjadi jalur komunikasi utama.
I Made Suarbawa selaku koordinator Posko Begadang menyatakan bahwa, tuntutan kemampuan berkomunikasi melalui email ini sengaja ditekankan, agar informasi bisa tersampaikan lengkap dan semuanya tersimpan sebagai arsip komunikasi. “Banyak jalur komunikasi yang tersedia, termasuk SMS dan pesan teks dengan mobile apps serta sosial media, namun kami yakin, komunikasi email ini yang mendorong kita semua untuk menggunakan bahasa surat yang lebih formal dan bertanggung jawab. Kemampuan ini suatu hal yang penting bagi filmmaker kita dalam merambah jaringan film dunia.” Terang Made.
Tantangan Manajemen Produksi Film
Bagaikan lomba lari, tepat pada tanggal 7 September jam 8 pagi WITA, Posko Begadang memberi aba-aba mulai dengan cara memberitakan persyaratan elemen audio visual, yang sebelumnya dirahasiakan. Persyaratan rahasia inilah yang menjaga agar seluruh peserta baru bisa mulai berkarya pada saat yang bersamaan.
Selanjutnya, selama 34 jam, dengan menggunakan elemen-elemen yang diumumkan semua peserta berlomba melakukan seluruh rangkaian produksi film. Ini benar-benar memulai dari pembuatan cerita, menuangkannya dalam perencanaan produksi, shooting, dan kemudian tentu saja editing, sampai proses mengirimkan film pendek yang sudah selesai kepada Posko Begadang melalui layanan on-line. Semua peserta berusaha menyelesaikannya dalam batas waktu yang ditentukan, karena tepat pada jam 6 sore WITA, film dari peserta harus sudah diterima di Posko Begadang agar masuk dalam penilaian dewan juri.
Selain tuntutan kreatifitas, kompetisi Begadang dirancang untuk menguji kemampuan manajemen produksi. Para peserta juga dituntut memperhatikan pembagian waktu kerjanya secara seksama, termasuk bersiap untuk kemungkinan-kemungkinan di luar rencana, yang hampir pasti terjadi dalam produksi film. Tidak sekedar prencanaan yang matang, namum juga tim kerja yang solid dan tahan banting. Ketika semua dalam keadaan lelah, kurang tidur karena menyelesaikan produksi dalam batas waktu yang sempit, emosi harus tetap dijaga.
Inilah Elemen Rahasia Begadang 2019
Edo Wulia yang ikut menjaga komunikasi di posko begadang menyatakan “Tahun ini, seperti biasa kami mengeluarkan elemen-elemen rahasia. Semuanya ada 4 poin, pertama, film harus memiliki karakter yang mendongak atau memandang ke atas, kemudian secara audio, penonton harus mendengar suara langkah kaki. Lalu dalam adegan harus terlihat angka 17. Dan terakhir, penonton harus melihat gerakan panning kamera, berputar sejauh 360 derajat.”
”Proses rancangan poin-poin rahasia ini memang sudah dibicarakan lebih awal, namun untuk menjaga keamanan kerahasiaannya, kami memutuskannya sampai 1 jam terakhir, saat elemen ini akan diberitakan kepada peserta. Jadi, saat jam 6 pagi, komite di posko baru mulai berdiskusi kembali dan segera memutuskannya, dan kemudian mengumumkannya. Perubahan keputusan poin-poin rahasia ini terjadi di menit-menit terakhir sebelum diumumkan, sehingga kita di posko Begadang sebetulnya sama-sama tegangnya dengan peserta. Tidak ada yang mengetahui elemen rahasia ini, bahkan panitia pun tidak tahu, dan hal ini menciptakan keseruannya sendiri untuk kami di posko.” Lanjut Edo.
Film Nominasi The Best Begadang 2019
Dari seluruh peserta, dipilih 4 (empat) karya finalis Begadang Filmmaking Competition. Barikut adalah daftar finalis tahun ini;
“SAPA”, pimpinan produksi; Dea Novita Anggraeni, Viertaint Creative Bali (Bali), dengan durasi film 4 menit 52 detik.
“PENDEKAR TAFSIR MIMPI”, pimpinan produksi; Jibran Alfandi Rachman, Small Time Pictures (Yogyakarta), durasi 4 menit 34 detik
“RAYUAN JIN DALAM BOTOL”, pimpinan produksi; I Gde Yudhi Hendrawan, BlackBox Movies (Bali), durasi 4 menit 38 detik
“THE SALUBRIOUS MONOTONY OF A LIVING DREAM”, pimpinan produksi; Azalia Muchransyah, CATastrophe Productions (New York), durasi 5 menit 5 detik.
Seluruh film hasil Begadang 2019, termasuk yang semuanya yang belum berhasil memenuhi target 34 jam produksi akan ditayangkan dalam pemutaran yang terbuka untuk umum, dalam rangkaian festival Minikino Film Week mendatang.
Para finalis tentu saja akan berlanjut ke meja penjurian, dan pengumuman pemenang utama akan dilakukan saat Closing Event Awarding Night MINIKINO FILM WEEK 5 – Bali, 12 Oktober 2019.



[Read More...]


0 Rilir Minikino: S-EXPRESS 2019 MASIH SATU-SATUNYA PENGHUBUNG FILM-FILM PENDEK SE-ASIA TENGGARA



S-Express; yang sampai tahun ke 17 tahun ini, masih merupakan satu-satunya ajang pertukaran film pendek se-Asia Tenggara. Tahun S-Express ini digelar kembali. Sebuah gerakan tahunan yang menjadi ajang pertukaran film dan informasi antar pembuat film pendek di negara-negara Asia Tenggara ini diinisiasi pada tahun 2002, diprakarsai oleh Yuni Hadi (Singapore), Amir Muhammad (Malaysia), dan Chalida Uabumrungjit (Thailand). Kemudian pada tahun 2003, Tintin Wulia yang pada masa itu sebagai direktur Minikino kemudian membawa Indonesia bergabung. Sejak saat itulah secara rutin setiap tahun, Minikino menyeleksi dan mengirimkan film-film pendek Indonesia untuk ikut serta dalam ajang ini.

Pada perkembangannya di tahun 2019, di dalam S-Express telah tergabung programmer dari sepuluh negara yang berasal dari Singapore, Thailand, Malaysia, Indonesia, Phillipines, Cambodia, Myanmar, Laos, Vietnam dan Brunei. Dalam proses programming tahun ini 7 film dari Indonesia telah resmi dipilih dan akan ikut berkeliling Asia tenggara dalam gerakan berjejaring yang unik ini. Adapun film-film pendek dari Indonesia yang terpilih dalam program S-Express 2019 Indonesia tahun ini ialah “Insanely Infatuated With Someone At The Most Inappropriate Time” karya sutradara Nirartha Bas Diwangkara, “Or Those Silence That Kills You and Me” karya Ismail Basbeth, “Llop Mougn” karya Oktivani Anggia Rachmalitta, “Muslimah” karya Nur Wulandari, t, “Roti” karya Kiki Febriyanti, dan “Life of Death” karya Jason Kiantoro dan Bryan Arfiandy.

Tujuh film pendek Indonesia istimewa ini akan diputar dalam bentuk sebuah program di berbagai festival film pendek di negara-negara Asia Tenggara. Draft jadwal pemutaran Program S-Express 2019 yang sudah direncanakan antara lain: Wathann Film Festival - Yangon, Myanmar 4 - 9 September 2019, Sea Short Film Festival - Malacca, Malaysia 25 - 29 September 2019, MINIKINO FILM WEEK 5: Bali International Short Film Festival tanggal 5-12 Oktober 2019, Thai Short Film and Video Festival-Bangkok, Thailand di bulan Desember 2019 dan Cambodia International Film Festival - Phnom Penh 9 - 14 Maret 2020. Selain daftar festival yang bergengsi di atas, S-Express Indonesia juga akan diusahakan menempuh jalur distribusinya sendiri dan akan menembus beberapa festival bergengsi lainnya yang lebih luas lagi.

Menurut Fransiska Prihadi selaku Direktur Program Minikino yang turun tangan langsung memilih film-film program S-Express 2019 Indonesia ini menjelaskan, “Kualitas film-film pendek Indonesia kian tahun kian meningkat. Baik dari segi penceritaan maupun teknis. Saya senang sekali melihat nama-nama baru dalam seleksi tahun ini” Programmer yang akrab dipanggil Cika ini menjelaskan “Situasi ini terjadi karena semakin terbukanya kesempatan dan kemudahan untuk melihat referensi literatur yang semakin luas. Selain yang dari jalur akademik, kesempatan juga jadi terbuka lebar untuk pembuat film yang bukan berasal dari sekolah film.” Kemudian tambahnya “Seleksi tahun ini juga jadi semakin beragam dengan adanya ajang pertukaran film nasional Indonesia Raja yang rutin diadakan tahunan. Gerakan ini membuka peluang bagi produksi-produksi daerah yang tadinya belum populer, untuk muncul ke permukaan dan berkesempatan untuk saling melihat dengan wilayah-wilayah yang sudah aktif berproduksi.”

Minikino sebagai organisasi yang berfokus pada film pendek, terus menjalankan misinya untuk tanpa henti mendorong karya-karya film pendek Indonesia agar semakin baik lagi. Strategi unik yang dijalankan justru bukan dengan mendorong jumlah produksinya, namun dengan mempertemukan film-film pendek ini kepada penonton yang nyata sebanyak mungkin. Yang dimaksud dengan penonton yang nyata adalah penonton yang benar-benar rela meluangkan waktunya untuk hadir dan menonton bersama-sama, dalam ajang pemutaran film yang menggunakan layar dan tata suara yang dipersiapkan secara sungguh-sungguh.

Pada akhirnya misi ini jugalah yang mendasari semua kerja yang telah dilakukan Minikino selama 17 tahun sejak 2002, dan tetap menjadi acuan rancangan kerja di tahun-tahun mendatang. Minikino juga terus memperkuat jaringan kerja globalnya dengan badan-badan kerja di seluruh dunia yang memiliki visi dan misi yang serupa. S-Express hanyalah salah satu dari sekian banyak langkah yang dianggap efektif untuk mendukung misi ini.



[Read More...]


0 PARE AWARD II; Festival Film Cianjur dalam 'Kenangan'




[Read More...]


0 FOKUS




[Read More...]


 
Return to top of page Copyright © 2010 | Lensa Creatifilm Converted into Blogger Template by HackTutors